Resistor adalah komponen elektronika yang berfungsi menghambat arus dalam suatu rangkaian listrik. Resistor biasa disebut juga tahanan atau pelawan. Paling banyak digunakan adalah resistor yang terbuat dari bahan karbon yang di pasaran memiliki harga 0,1 Ω …100 MΩ dengan tarif daya 1/8 …20W.
Sesuai dengan namanya resistor bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon . Dari hukum Ohm diketahui, resistansi berbanding terbalik dengan jumlah arus yang mengalir melaluinya (R=V/I). Satuan resistansi dari suatu resistor disebut Ohm atau dilambangkan dengan simbol Ω (Omega). Tipe resistor yang umum adalah berbentuk tabung dengan dua kaki tembaga di kiri dan kanan. Pada badannya terdapat lingkaran membentuk gelang kode warna untuk memudahkan pemakai mengenali besar resistansi tanpa mengukur besarnya dengan Ohmmeter. Kode warna tersebut adalah standar manufaktur yang dikeluarkan oleh EIA (Electronic Industries Association) seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut. Waktu penulis masuk pendaftaran kuliah elektro, ada satu test yang harus dipenuhi yaitu diharuskan tidak buta warna.
Sifat Resistor:
- Jika pada ujung-ujungnya dipasang tegangan, akan mengalirkan arus
- Dapat mengalirkan arus searah maupun bolak-balik
- Dapat mengalirkan arus bolak balik berfrekuensi tinggi maupun rendah
Kegunaan Resistor (Fungsi Resistor)
- Mengatur atau membatasi besarnya kuat arus yang lewat pada suatu rangkaian
- Membagi tegangan pada suatu rangkaian sehingga diperoleh suatu tegangan yang besarnya sesuai dengan kebutuhan
Simbol Resistor :
Simbol Resistor
Contoh bentuk resistor :
Fixed Resistor | Trimmer Potensio | Rotary Potensio |
Macam–macam resistor dan penggunaannya Resistor komponen pasif elektronika yang berfungsi untuk membatasi arus listrik yang mengalir. Berdasarkan kelasnya resistor dibagi menjadi : Fixed Resistor dan Variable Resistor. Dan umumnya terbuat dari carbon film atau metal film, tetapi tidak menutup dibuat dari material yang lain.
-
Fixed Resistor
Merupakan resistor mempunyai nilai tetap. Ciri fisik dari resistor ini adalah bahan pembuat resistor terdapat di tengah-tengah dan pada pinggirnya terdapat 2 Conducting Metal, bisanya kemasan seperti ini disebut dengan Axial. Ukuran fisik fixed resistor bermacam–macam, tergantung pada daya resistor yang dimilikinya. Misalnya fixed resistor dengan daya 5 watt pasti mempunyai bentuk fisik yang jauh lebih besar dibandingkan dengan fixed resistor yang mempunyai daya ¼ watt. Pada gambar 1 ditunjukkan beberapa contoh bentuk fisik dari fixed resistor. Dari yang paling atas dapat dilihat bentuk fisik dari resistor dengan daya 1/8, ¼, 1, 2, dan 5 watt.
Seiring dengan perkembangan teknologi saat ini, diciptakanlah sebuah teknologi baru yang disebut dengan SMT (Surface Mount Technology). Dengan menggunakan teknologi ini bentuk dari fixed resistor menjadi lebih kecil lagi, sehingga kita dapat membuat suatu sistem yang mempunyai ukuran sekecil mungkin. Contoh bentuk fixed resistor dengan teknologi SMT dapat dilihat pada gambar 2.
Selain kemasan axial terdapat pula kemasan lain yang disebut SIL (Single-In-Line). Didalam kemasan terdapat lebih dari satu resistor yang biasanya di susun paralel dengan satu pusat yang dinamakan common. Untuk contoh dapat dilihat pada gambar 3.
-
Variable Resistor
Untuk kelas resistor yang kedua ini terdapat 2 tipe. Untuk tipe pertama dinamakan variable resistor dan nilainya dapat diubah sesuai keinginan dengan mudah dan sering digunakan untuk pengaturan volume, bass, balance, dll. Sedangkan yang kedua adalah semi-fixed resistor. Nilai dari resistor ini biasanya hanya diubah pada kondisi tertentu saja. Contoh penggunaan dari semi-fixed resistor adalah tegangan referensi yang digunakan untuk ADC, fine tune circuit, dll. Ada beberapa model pengaturan nilai Variable resistor, yang sering digunakan adalah dengan cara memutar. Pada gambar 4 dibawah bentuk 3 biasanya digunakan untuk volume kontrol. Bentuk yang ke 2 merupakan semi fixed resistor dan biasanya di pasang pada PCB (Printed Circuit Board). Sedangkan bentuk 1 di sebut trimmer potensiometer.
Ada 3 tipe didalam perubahan nilai dari resistor variabel, perubahan tersebut dapat dilihat pada gambar 5. Pada saat tipe A diputar searah jarum jam, awalnya perubahan nilai resistansi lambat tetapi ketika putarannya mencapai setengah atau lebih nilai perubahannya menjadi sangat cepat. Tipe ini sangat cocok dengan karakteristik telinga manusia. Karena telinga sangat peka ketika membedakan suara dengan volume yang lemah, tetapi tidak terlalu sensitif untuk membedakan perubahan suara yang keras. Biasanya tipe A ini juga disebut sebagai “Audio Taper” potensiometer. Untuk tipe B perubahan resistansinya adalah linier dan cocok digunakan untuk Aplikasi Balance Control, resistance value adjustment in circuit, dll. Sedangkan untuk tipe C perubahan resistansinya kebalikan dati tipe A. Biasanya tipe ini digunakan untuk fungsi – fungsi yang khusus. Kebanyakan resistor variable menggunakan tipe A dan tipe B.
Tipe-tipe resistor variable
-
CDS (Cadmium Sulfide Photocell)
Jenis resistor ini perubahan nilainya tergantung pada banyaknya cahaya yang mengenai dirinya. Biasanya resistor ini juga disebut LDR (Light Depend Resistor). Banyak sekali tipe dari komponen ini tergantung pada sensitivitas cahaya, ukuran, nilai hambatan, dll. Pada gambar 6 terdapat contoh salah satu bentuk CDS photocell.
-
Termistor (Thermally Sensitive Resistor)
Resistor jenis ini nilai hambatannya berubah berdasarkan temperature dan biasanya di gunakan untuk sensor suhu. Tipe termistor yaitu:
- PTC (Positive Temperature Coefficient Thermistor). Pada saat suhu sekitarnya naik resistansi resistor naik
- NTC (Negative Temperature Coefficient Thermistor). Pda saat suhu sekitarnya naik resistansi resistor turun
Mengidentifikasi Nilai Resistor Untuk mengetahui nilai resistansi dari suatu resistor caranya adalah dengan membaca warna gelang dari resistor atau membaca suatu nilai yang tertera pada badan resistor.
Selain dengan metoda gelang warna terdapat pula metoda yang disebut “Alpha-numeric Code Identification“. Pada metoda ini nilai dari resistor dituliskan ke badan resistor dengan jumlah 3 angka .Perhitungan untuk nilai resistansi sama dengan perhitungan dengan memakai gelang. Hanya saja faktor 10n terletak pada karakter tiga sedangkan yang keempat merupakan toleransinya. Contoh pada gambar di bawah adalah komponen resistor dengan kemasan SIL (Single In Line) Network tertulis nilai 473K. Karena bilangan ketiganya tertulis 3 maka faktor 10n = 103 = 1000. jadi nilai resistansinya adalah 47000 Ω. Karena karakter ke 4 merupakan huruf K maka toleransinya = ±10%. Macam macam huruf yang menyatakan toleransi adalah sebagai berikut: M = ±20%, K = ±10 %, J = ±5%, G = ±2%, F = ±1%.
Identifikasi nilai resistor berdasarkan angka
Tabel : nilai warna gelang
Resistansi dibaca dari warna gelang yang paling depan ke arah gelang toleransi berwarna coklat, merah, emas atau perak. Biasanya warna gelang toleransi ini berada pada badan resistor yang paling pojok atau juga dengan lebar yang lebih menonjol, sedangkan warna gelang yang pertama agak sedikit ke dalam. Dengan demikian pemakai sudah langsung mengetahui berapa toleransi dari resistor tersebut. Kalau anda telah bisa menentukan mana gelang yang pertama selanjutnya adalah membaca nilai resistansinya.
Jumlah gelang yang melingkar pada resistor umumnya sesuai dengan besar toleransinya. Biasanya resistor dengan toleransi 5%, 10% atau 20% memiliki 3 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Tetapi resistor dengan toleransi 1% atau 2% (toleransi kecil) memiliki 4 gelang (tidak termasuk gelang toleransi). Gelang pertama dan seterusnya berturut-turut menunjukkan besar nilai satuan, dan gelang terakhir adalah faktor pengalinya.
Misalnya resistor dengan gelang kuning, violet, merah dan emas. Gelang berwarna emas adalah gelang toleransi. Dengan demikian urutan warna gelang resitor ini adalah, gelang pertama berwarna kuning, gelang kedua berwana violet dan gelang ke tiga berwarna merah. Gelang ke empat tentu saja yang berwarna emas dan ini adalah gelang toleransi. Dari tabel-1 diketahui jika gelang toleransi berwarna emas, berarti resitor ini memiliki toleransi 5%. Nilai resistansisnya dihitung sesuai dengan urutan warnanya. Pertama yang dilakukan adalah menentukan nilai satuan dari resistor ini. Karena resitor ini resistor 5% (yang biasanya memiliki tiga gelang selain gelang toleransi), maka nilai satuannya ditentukan oleh gelang pertama dan gelang kedua. Masih dari tabel-1 diketahui gelang kuning nilainya = 4 dan gelang violet nilainya = 7. Jadi gelang pertama dan kedua atau kuning dan violet berurutan, nilai satuannya adalah 47. Gelang ketiga adalah faktor pengali, dan jika warna gelangnya merah berarti faktor pengalinya adalah 100. Sehingga dengan ini diketahui nilai resistansi resistor tersebut adalah nilai satuan x faktor pengali atau 47 x 100 = 4.7K Ohm dan toleransinya adalah 5%.
Spesifikasi lain yang perlu diperhatikan dalam memilih resitor pada suatu rancangan selain besar resistansi adalah besar watt-nya. Karena resistor bekerja dengan dialiri arus listrik, maka akan terjadi disipasi daya berupa panas sebesar W=I2R watt. Semakin besar ukuran fisik suatu resistor bisa menunjukkan semakin besar kemampuan disipasi daya resistor tersebut.
Umumnya di pasar tersedia ukuran 1/8, 1/4, 1, 2, 5, 10 dan 20 watt. Resistor yang memiliki disipasi daya 5, 10 dan 20 watt umumnya berbentuk kubik memanjang persegi empat berwarna putih, namun ada juga yang berbentuk silinder. Tetapi biasanya untuk resistor ukuran jumbo ini nilai resistansi dicetak langsung dibadannya, misalnya 100W5W.
Daya Kerja Resistor Dalam memilih dan menggunakan resistor selain memperhatikan nilai hambatan dan toleransinya, perlu dipertimbangkan pula daya kerjanya yaitu daya maksimum yang diperbolehkan melewati resistor tanpa menimbulkan kerusakan karena panas. Daya resistor umumnya adalah 1/4 watt, ½ watt, 1 watt, 2 watt dan lain-lain Cara Pengukuran Resistor Dengan Multimeter Analog Tempatkan posisi saklar pemilih kearah yang bertanda Ω, pilih jangkauan 1,10, 100,1k atau 10K. Hubungkan kedua probe, atur agar jarum menunjuk pada angka 0 sebelah kanan. Hubungkan kedua probe dengan ujung-ujung resistor. Baca penunjukan jarum ohmmeter pada skala, dan kalikan nilainya dengan jangkauan yang dipilih. Jika jarum menunjuk terlalu kekanan, arahkan saklar pemilih kejangkauan yang lebih rendah. Terdapat satu hal yang perlu dingat Ingat, setiap memindah pemilih kejangkauan baru harus melakukan langkah menolkan.
Langkah menolkan jarum pada sebelah kanan. Langkah pengukuran resistansi resistor
Contoh Aplikasi Resistor
-
Pembatas Arus
Untuk menentukan besar resitor yang digunakan kita lakukan langkah dibawah ini: • Mengukur besar arus total yang mengalir pada pesawat elektronika dengan menggunakan sumber tegangan 3V. misalnya dengan menggunakan sumber tegangan 3V di ketahui arus yang mengalir 200 mA. • Dengan memperhatikan rangkaian diatas maka besar tegangan yang harus diturunkan dari sumber tegangan (6V) untuk mensupply pesawat elektronika (3V) adalah sebesar 3V. Dengan demikian besar tegangan yang mengalir pada resistor adalah 3V. • Dengan menggunakan hukum ohm V = I.R 3V = 0.2 R R = 15 Ω
-
Membagi Tegangan
-
Rangkaian lampu otomatis LDR
Referensi :
http://abisabrina.wordpress.com/2010/07/13/dasar-komponen-elektronika-resistor/
http://electroniclib.wordpress.com/2009/11/02/resistor/
http://www.electroniclab.com/index.php?option=com_content&view=article&id=8:resistor&catid=6:elkadasar&Itemid=7